Monday, October 6, 2014

Since I Met Him

“Kita tidak pernah tahu dimana kita akan dilahirkan, seperti apa keluarga kita, dan dari keluarga mana kita berasal, itulah takdir.”

Yahh, takdir yang selalu ditentukan oleh Tuhan, meskipun manusia memiliki kebebasan untuk mengubah nasibnya.
Berawal dari (hemm inget-inget dulu), 17 tahun yang lalu kalo gak salah, dimana waktu itu gw masih duduk di bangku TK (HAHAHA, entah ingetan anak TK itu bisa dipertanggungjawabkan atau engga). Iya, waktu itu karena gw punya seorang koko (kakak laki-laki), dan berhubung kebanyakan temen dia juga laki-laki, maka dimulai lah semua kisah itu.

17 tahun yang lalu saat pertama kali bertemu dengan dia.
Waktu itu kejadiannya temen-temen koko sering main ke rumah, maklum jaman-jaman itu masih ngetrend yang namanya playstation dengan game-game nya yang… (entah gw gak tau namanya apa aja, tapi yang pasti itu “in” dikalangan anak-anak cowok generasi itu). Saat itulah pertama kalinya gw bertemu dengan seseorang yang bernama Yohanes.

Yang dia tahu pasti saat itu gw adalah adik temennya, dan yang gw tahu pasti saat itu dia adalah temen koko gw.
Hanya dimulai dari sering main bareng antara koko gw dengan dia, yang sesekali koko gw main ke rumah dia, atau dia yang kerumah gw, hanya sesekali gw ikutan nimbrung kalo mereka lagi main playstation atau lagi main bola di atap rumah, dan hanya sesekali gw ikutan mereka pergi main bulu tangkis, pokoknya hanya sesekali, dan dari yang sesekali itulah yang akhirnya meninggalkan sebuah kenangan masa kecil.

Konon kata orang cewek dengan golongan darah AB itu adalah pengingat yang handal, tapi mungkin itu tidak berlaku untuk cewek golongan darah AB seperti gw. Fyi, gw pernah mengalami satu masa hectic dimana gw harus membawa pena dan note kemanapun gw pergi hanya untuk mengingat apa aja yang harus gw lakukan, bahkan setiap gw lagi memasuki minggu-minggu tersibuk gw ujian, meja belajar gw akan penuh dengan post it dimana-mana, well mungkin maksudnya bukan itu, mungkin maksudnya mereka handal mengingat memory-memory didalam otak mereka, terkecuali tasks kali yaa (versi diri gw).

Bahasa kerennya sih time flies.
Intinya 10 tahun yang lalu gw pindah rumah ke daerah Cengkareng,
Waktu itu gw baru mau masuk SMP dan koko mau masuk SMA.
Kehidupan baru dimulai, dari yang awalnya punya temen-temen main dan tetangga-tetangga yang super asik, jadi berubah dengan kehidupan individu didalam kompleks, ketemu temen baru lagi, dari yang awalnya gw tinggal di daerah padat penduduk dengan keceriaan anak-anak kecil di sore hari, berubah menjadi suara sunyi di kompleks, pokoknya semuanya berubah.
Kangen dengan masa-masa tinggal di daerah kota?
Udah pasti.

Kira-kira tahun 2011 (itu berarti 3 tahun yang lalu ya?)
Seseorang di akun twitter menyapa lagi dengan tweet “ini adiknya leo bukan?”
Gw sendiri masih gak sadar dengan orang ini, siapa dia, temen koko yang mana, dan sebagainya-sebagainya, pokoknya I’ve no idea that time.
Maklum, 7 tahun itu bukan waktu yang singkat, banyak cerita yang sudah terjadi, banyak sejarah baru yang terukir *apasi
Intinya itulah awal titik pertemuan kembali dengan seseorang yang bernama Yohanes.

Kisah kita dimulai dari kedekatan kita dalam satu kerjaan, yang kemudian berlanjut dengan curhat. Nah lohh bahaya juga kan kalo keseringan curhat, bisa ada benih-benih cinta *eh
Hari-hari dilalui bareng, mulai dari keseringan cerita di media chatting, kadang dibonceng naik motor, pergi nonton bareng, pergi makan bareng, sampe ngobrol ngalur ngidur sampe malem cuma buat nungguin ngantuk.
Itulah awal dari semua perasaan ini.

Tepatnya 1,5 bulan yang lalu ditanggal 18 Agustus 2014.
Itulah tanggal keramat buat kita berdua.
Yeah, our story begins here.
Dan disitulah kita berjanji untuk belajar mencintai yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna, belajar untuk menerima perbedaan dalam diri pasangan kita masing-masing, belajar untuk melengkapi kekurangan pasangan kita, dan belajar untuk saling menghargai dan menghormati.
Intinya kita masih belajar, dan semoga setiap konflik yang dilalui nanti menjadikan hubungan gw dan anes menjadi hubungan yang lebih dewasa dan lebih bijak lagi dalam melewati masalah-masalah yang ada *amin.

Yeah, I know our relationship is too young.
Tapi biarlah yang masih terlalu muda itu memiliki harapan yang tidak muda.


I've never thought, I can be falling in love with him, but as I said, human can change their fate, not their destiny, and I have chosen my fate to be with him. Since I met him.