Monday, May 20, 2013

"Kopi Pahit"

"Saya yakin hampir semua di antara kita pernah, bahkan sering, membeli kopi di toko kopi yang hampir dapat kita jumpai di setiap mal/pusat perbelanjaan. Baik itu kita memang suka mengonsumsi kopi, sekedar bersantai di gerai kopi, ataupun hanya mencoba.
Bagi penggemar kopi pahit, rasa pahit dan aroma dari kopi tersebut tentu akan memberikan suatu kenikmatan yang khas. Namun bagi yang bukan penggemar kopi pahit, tentu hal ini menjadi hal yang sangat-sangat tidak menyenangkan bagi lidah mereka. Kebanyakan di antara orang-orang yang tidak menyukai kopi pahit dan pertama kali mencoba membeli kopi pahit, mereka akan kaget dengan pahitnya kopi tersebut, dan hampir semua dari orang tersebut, hampir dipastikan akan melakukan reaksi berupa menambahkan gula pada kopinya, dengan harapan kopi tersebut akan menjadi manis dan sesuai dengan selera lidah mereka.
Namun apakah yang terjadi demikian? Tidak. Kopi pahit yang mereka coba tidak berubah menjadi pahit. Tapi menjadi kopi pahit, yang juga manis. Rasanya akan menjadi semakin aneh dan semakin tidak menyenangkan di lidah. Bahkan cenderung mengundang lambung untuk memuntahkan isi perut.
Namun yang ingin disampaikan dari artikel ini adalah pembelajaran dari fenomena tersebut, di mana menambahkan gula pada kopi yang pahit, bukanlah tindakan yang tepat untuk membuat kopi menjadi manis. Menambahkan gula ke dalam kopi yang pahit hanya akan menjadikan rasa dari kopi tersebut semakin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Jadi, ketika kita mendapat rasa kopi yang tidak sesuai dengan keinginan kita, menambahkan unsur lain (seperti gula, susu, ataupun hal lainya) dengan harapan rasa pahitnya akan hilang, hal itu jelas bukanlah tindakan yang tepat. Ada 2 hal yang dapat Anda lakukan untuk mendapat rasa kopi lain sesuai apa yang Anda inginkan:
1. Meminum habis kopi tersebut, kemudian menuangkan atau memasukkan kopi/minuman lain yang rasanya sesuai selera.
2. Membuang kopi pahit tersebut, kemudian menuangkan kopi/minuman lain yang sesuai dengan selera.

Terlepas dari perbedaan prinsip dari kedua tindakan tersebut, yang pasti kedua tindakan ini pada prinsipnya memiliki fungsi dan tujuan yang sama, yaitu mengosongkan wadah, dan mengisinya dengan yang baru. Tidak ada yang salah dari kedua tindakan tersebut, yang penting adalah jangan menyayangkan/menyesali materi/pengorbanan yang dikorbankan untuk membeli kepahitan tersebut. Lepaskan saja tanpa ada keterikatan. Syukurilah kepahitan tersebut, karena dari kepahitan tersebut setidaknya Anda tahu rasa rasa pahit itu sendiri.
Selayaknya seseorang yang kecewa dengan kopi yang dia beli karena ternyata pahit, tidak enak di lidah, tidak sesuai dengan harapanya, bahkan malah membuat ingin muntah, begitupun dalam hidup kita, terkadang kita dihadapkan pada kenyataan/kejadian/keputusan yang tidak kita sukai, tidak kita harapkan, bahkan sangat menyakitkan buat kita.
Ketika kita masih belum bisa menerimanya, masih menyimpan kebencian, kesakitan, dan kedengkian di hati kita, kita terkadang malah berusaha memasukkan hal-hal lain ke hati kita dengan cara melakukan hal-hal gegabah sebagai pelampiasan. Bukan kebahagiaan yang didapat, malah penyesalan yang kita dapatkan.
Ketika kita belum bisa menerima semuanya, masih akan terdapat kebencian, kedengkian, dan kesakitan dalam hati. Apapun yang Anda lakukan untuk menghilangkanya tidak berbeda seperti memasukan gula ke kopi pahit tadi. Untuk itu, kita harus menerima dan mengampuni segala sesuatunya terlebih dahulu, tidak berbeda seperti mengosongkan gelas untuk diisi kembali. Ketika Anda menerima, melepaskan, dan mengampuni semuanya, Anda sudah mengosongkan hati Anda, dan siap untuk menampung kebaikan yang sudah menanti" -Ivander Wijaya-

Artikel diatas adalah salah satu artikel yang ditulis oleh teman gw Ivander yang didedikasikan dia untuk Pak Andre Wongso.

Dari artikel dia gw menyadari satu hal, yah sama seperti hidup yang sedang gw jalani saat ini, dimana gw sedang berada pada titik kekecewaan, merasa gagal, dihadapkan pada keputusan yang paling gak gw sukai, atau bahkan saat ini semua berjalan seperti yang tidak gw harapkan. yang menarik dari artikel vander adalah kalimat "jangan menyayangkan/menyesali materi/pengorbanan yang dikorbankan untuk membeli kepahitan tersebut. Lepaskan saja tanpa ada keterikatan. Syukurilah kepahitan tersebut, karena dari kepahitan tersebut setidaknya Anda tahu rasa rasa pahit itu sendiri."
dari persoalan yang sedang gw hadapi ini gw belajar bahwa hidup itu gak selamanya manis, hidup itu terkadang adalah sebuah pilihan yang harus kita pertanggungjawabkan, hidup itu kadang seperti sebuah pertandingan dimana setiap pemainnya menantikan garis akhir, dan bahwa dalam hidup itu kita harus merasa gagal agar kita tahu apa itu arti kata gagal.

Kadang mungkin memang segala yang kita lakukan tidak dihargai orang lain, bukan karena mereka tidak menghormati kita, tapi karena mereka tidak tahu jika menjadi diri kita.
satu kalimat yang gw ingat dari seorang manta guru gw dulu, beliau pernah berkata "selesaikanlah setiap tugas yang dibebankan kepadamu hingga mencapai garis akhir, bahkan ketika pada akhirnya orang tidak menghargainya."
bukankah dalam hidup ini setiap kita masing-masing dibebankan pada sebuah tugas yang memang harus diselesaikan?
at least dari artikel vander gw diingatkan untuk "mengosongkan" wadah, dengan cara menerima segala kepahitan kopinya terlebih dahulu, sehingga gw siap mengisi wadah gw dengan kopi yang jauh lebih manis. yang terpenting disini gw harus belajar menerima agar tidak menyesal telah mencicipi kopi pahit yang sudah gw pilih sekalipun itu mengorbankan materi dan waktu.

Akhirnya gw minta doa restu dari si penulis kopi pahit ini juga agar gw bisa melewati masa-masa sulit ini, sehingga di post berikutnya gw bisa menulis tentang "kopi manis" atau malah "kopi setengah manis, setengah kecut" yang penting jangan kopi pahit terus ya nder.

0 comments:

Post a Comment