Monday, May 7, 2012

I known Where I Belong

Jam dikamar sudah menunjukkan angka 1:30
terkadang penyakit insom itu menguntungkan, tekadang bikin galau.
*maaf-maaf kelepasan*

Gw bingung mau cerita kesiapa, mau telpon lele pasti udah tidur, mau ngomong sama mama juga gak mungkin, karena doi malah udah tidur dari tadi.
yah, jadilah gw sendiri disini ditemani lapie, pedra dan tochy.
dengan mereka yang bisa gw lakukan pasti cuma satu, ngeblog.
gw bingung mau curhat kesiapa jam segini, jadi mending gw ngeblog aja yah, mohon ampun bloggers kalo post kali ini masih berbau-bau galau, maturnuwun *sungkem*

Cerita dimulai dari : insomnia yang mengakibatkan galau.

Pernah gak sih kalian sayang sama seseorang dan kalian tahu kalau kalian gak bisa memiliki dia, apa yang kalian rasakan, sakit? sesek? biasa aja lah! *nyolot*
jangankan memiliki, untuk bertemu lagi sekalipun kalian gak berani berharap.
yah, that is my feeling right now.
entah kenapa setiap kali gw ingat tentang hal ini perasaan gw kembali sesek dan gak jarang gw...... nangis.
iya gw tau gw cengeng, gw bodoh, dan gw idiot, tapi percayalah kalian tidak akan tahu rasa sakitnya sampai kalian merasakannya sendiri.

"Jika mencintaimu adalah sebuah kesalahan, aku tidak akan pernah ingin menjadi benar."
(apa yang kalian pikirkan setelah membaca kalimat ini? ketawa? hati-hati loh, gw dulu termasuk salah satu orang yang mentertawakan kalimat ini dan sekarang gw tau arti kalimat ini).

Dear Someone,

terimakasih karena kamu telah membiarkanku merasakan semua ini, at least ini belum terlambat.
maybe I'm nothing for you, but believe me you're something for me.
terkadang cara tebaik untuk membuat orang yang kita sayangi bahagia itu adalah dengan cara melepaskannya.
aku akan turut bahagia untukmu, even it hurts.
seandainya kita tidak pernah bertemu, mungkin ceritanya tidak akan seperti ini, seandainya dulu kita lebih jujur satu sama lain, mungkin rasanya tidak akan semenyakitkan ini, seandainya aku mengenyampingkan ego-ku dulu, mungkin keadaannya akan berbeda. ahhhhh aku hanya tidak realistis.
jika aku terus berbicara "seandainya, seandainya" akan banyak sekali seandainya-seandainya lain yang akan aku urutkan.
aku letih, aku capek dengan keadaan ini, aku hanya ingin lebih realistis menghadapi hidupku.
aku hanya ingin menatap masa depanku tanpa bayang-bayang masa lalu.
entah ini harapan bodoh atau tidak, tapi dari sekian orang yang akan membaca post ini nanti, aku berharap kamu salah satunya.

0 comments:

Post a Comment